
PERPUSTAKAAN STPN
Pengarang | Effendi Pasandaran |
Penerbit | LP3ES |
Tempat Terbit | Jakarta |
Tahun Terbit | 1991 |
Bahasa | Indonesia |
ISBN/ISSN | - |
Kolasi | vi, 405 hlm.: ilus.; 22 cm |
Subjek | Irigasi |
Media | Buku |
Abstrak | |
Perkembangan irigasi di Indonesia menuju sistem irigasi maju dan tangguh tak lepas dari irigasi tradisional yang telah dikembangkan sejak ribuan tahun yang lampau. Irigasi maju atau modern dapat saja muncul karena usaha memperbaiki atau lanjutan Pengembangan tradisi yang telah ada, pada umumnya sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri geografis setempat dan perkembangan budi daya pertanian. Di amerika Serikat,misalnya, untuk melayani usaha tani yang berskala besar dan komersial diperlukan pendekatan yang sifatnya menghemat tenaga kerja dan yang memungkinkan perhitungan pengembalian biaya, oleh karena itu sistem irigasi ditandai oleh bangunan-bangunan pengukur air untuk melayani usaha tani berskala besar dengan bangunan berskala air yang menghemat tenaga kerja, pelapisan saluran-saluran irigasi untuk meningkatkan efisiensi penyaluran air dan usaha-usaha pengembalian biaya Irigasi. Di Jepang irigasi dibangun dlereng-lereng dan lembah �lembah yang memerlukan kerja sama setempat dalam mengatur air pada sistem irigasi yang berukuran kecil. Keperluan untuk usaha bersama dalam pembangunan, pemeliharaan dan dalam mengatasi konflik dalam penggunaan air mendorong munculnya masyarakat tani dengan struktur sosial yang ketat. Di India, menurut laporan Sengupta, iridasi telah dikembangkan sejak 3.000 tahun yang lampau,tidak saja di lereng-lereng gunug dalam bentuk irigasi bendung yang berukuran kecil,tetapi juga waduk-waduk lapangan dan sumur-sumur di dataran rendah bendung besar mulai dikembangkan di sungai-sungai besar didataran rendah Sejak abat ke 1 Masehi. Di Indonesia,walaupun perkembangan budidaya padi sawah telah berlangsung sejak lama yaitu sejak zaman neolitik seperti yang di kemukakan oleh, Van zetten van der meer,perkembangan pembangunan irigasi �irigasi diperkirakan baru berlangsung sejak lebih 1000 tahun yang lampau pada zaman kerajaan �kerajaan hindu di jawa. Uraian tentang perkembangan sawah irigasi di Indonesia antara lain dilaporkan oleh Anne Booth yang mendasarkan uraian pada laporan-laporan peneliti seperti Van der Meulen, Geertz,Boeke dan lain lain. Warisan kebudayaan irigasi yang sudah cukup tua adalah irigasi subak di Bali dan irigasi-irigasi kecil di jawa. Secara fisik irigasi-irigasi kecil tersebut tidak dapat bertahan lama karena mengalami proses inundasi dan longsor oleh banjir. Berbeda dengan irigasi besar di daratan Asia yang memberikan dampak terhadap polarisasi kekuasaan yang memberi warna terhadap kebudayaan Negara, maka kebudayaan irigasi di Indonesia tidak memberi petunjuk adanya gejala oriental despotism seperti yang di kemukakan oleh Witfogel.Warisan irigasi dengan mazhab tersendiri dengan ciri-ciri kebudayaan adalah irigasi Subak di Bali. Menurut Geertz subak merupakan perpaduan dari suatu masyarakat irigasi,unit Produksi pertanian, badan usaha yang otonom dan masyarakat agama. |
Nomor Rak | 600 - I | |||||||||||||||
Nomor Panggil | 627.52 Pas i | |||||||||||||||
Lokasi | Ruang Baca | |||||||||||||||
Eksemplar | 4 | |||||||||||||||
![]() Pencarian koleksi menggunakan RFID akan membantu mempercepat menemukan koleksi di rak buku. Gunakan fitur ini jika mengalami kesulitan dalam menemukan koleksi di rak buku. Untuk menggunakan fitur ini silahkan klik salah satu Tombol Pesan diatas kemudian hubungi Petugas Pelayanan Sirkulasi dengan menyebutkan Judul Bukunya. |