5eiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang pesat serta kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Ibukota Jakarta, Kebutuhan terhadap tanah semakin meningkat sedang luas tanah relatif tetap, menyababkan kenaikan harga tanah yang sulit dikendalikan. Kecenderungan ini mengakibatkan masyarakat ash i Jakarta yaitu masyarakat Betawi yang umumnya merupakan pemilik tanah yang kurang mampu, menjadi terdesak dan tergusur ke daerah pinggiran kota karena tanahnya diperlukan untuk pembangunan. Beralihnya pemilikan tanah dari masyarakat Betawi dengan cara menjual tanahnya maupun menerima ganti kerugian atas tanah yang digunakan pemerintah.
Hubungan kemasyarakatan yang kuat membuat mereka
yang ma y
ingin tetap hidup berdekatan dengan sesama masyarakat Betawi, dimana didaerah pinggiran kota yaitu Kecamatan Kembangan Kota Jakarta Barat mash terdapat perkampungan masyarakat Betawi yang sudah la-^a tinggal disana, sehlnrrrra terjadi pergeseran luas pemilikan tanah sebagai akibat pewarisan tnaupun dengan cara jual bell.
Dengan tergusurnya masyarakat Betawi ke pinggiran kota dan juga keberadaan masyarakat Betawi setempat mengakibatkan berbagai permasalahan mengenai penguasaan pemih kan atas tanah bekas hak adat yang belum semuanya Y g a Y teridentifikasi dengan bask, begitu j ga dengan alas bukti penguasaan yang tidak kuat maupun bentuk penggunaaan tanahnya.
Penyusunan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penguasaan, pemilikan tanah masyarakat Betawi, bagaimana cara perolehan tanahnya serta bentuk penggunaan tanahnya.
penelitian ini dilaksanakan di kelurahan di wil ay h Kecamatan Kembangan dengan menggunakan jenis penelitian survei, data yang diperoleh dengan cara obser:�asi,
,.wawancara langsung dan wawancara tidak langsung (kuesioner) dan Dokumentasi. Teknik analisanya dengan menggunakan kualitatif. .
Dari hasil penelitian hasil kuesioner diketahui bahwa sebagian besar 45 % masyarakat Betawi di Kecamatan Kembangan menguasai/memiliki tanah dengan luas kurang dare 200 N2. Status penguasaan dan pemilikan tanah tersebut 72 % tanah yang belum bersertipikat dengan bukti kepemilikannya berupa Girik (kutipan Letter C). Cara perolehan tanah terbanyak adalah melalui waris 55 %. dan bentuk penggunaan tanah sebagian besar 69 % adalah untuk rumah