Jumlah penduduk semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat berakibat pada meningkatnya
kebutuhan akan tanah untuk permukiman. Meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal dimanfaatkan para pengembang untuk melakukan pembangunan kompleks perumahan. Konsekuensinya berupa pembangunan akan mengarah pada tanahtanah pertanian produktif. Perkembangan wilayah di luar kawasan perkotaan berupa pembangunan perumahan telah merubah kondisi penggunaan tanah.

Wilayah yang pada mulanya erat dengan kegiatan pertanian mulai berubah menjadi kegiatan non pertanian. Perubahan penggunaan tanah akan berdampak pada ketahanan pangan serta kondisi penduduk baik aspek sosial, budaya maupun ekonomi. Dampak perubahan penggunaan tanah inilah yang membuat kekhawatiran elit lokal dan masyarakat Desa Sidomulyo, sehingga bersikap resisten terhadap perubahan penggunaan tanah.

Untuk itu dilakukan penelitian di Desa Sidomulyo menggunakan metode
kualitatif, dengan informan yang terdiri dari tokoh masyarakat, aparat Desa Sidomulyo, dan anggota masyarakat. Penelitian berhasil memperoleh data primer, yaitu hasil wawancara dengan para informan, dan data sekunder dari kantor Desa Sidomulyo, Kantor BPS, kantor Bappeda serta Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) Para elit lokal Desa Sidomulyo
mengambil kebijakan untuk menolak pembangunan kompleks perumahan dengan tujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan melindungi warganya dari dampak sosial ekonomi perubahan penggunaan tanah. (2) Masyarakat Desa Sidomulyo yang sebagian besar berprofesi sebagai petani merasa khawatir akan dampak dari perubahan penggunaan tanah, sehingga masyarakat bersikap resisten.

Sikap resisten yang ditunjukkan masyarakat Desa Sidomulyo, hanya dilakukan pada perubahan penggunaan tanah yang disebabkan oleh pembangunan kompleks perumahan saja, sedangkan perubahan penggunaan tanah yang disebabkan oleh pembangunan rumah pribadi atau pewarisan masih terdapat di Desa Sidomulyo.