Gerakan membentuk BUMDes sebagai eksperimen lembaga ekonomi baru di desa sebaiknya dilakukan dengan hati-hati. Ada dua sebab mengapa kehati-hatian ini penting. Pertama, BUMDes diharapkan menjadi lembaga berwajah ganda sebagai lembaga ekonomi yang mencari laba dan misi sosial. Misi ganda ini tidak mudah disandingkan karena di antara keduanya bisa saling meniadakan. BUMDes yang baik adalah yang berhasil mencatatkan keuntungan secara konsisten dan memberi manfaat sosial bagi warga. Kedua, kepemilikan BUMDes berbasis warga (bukan anggota) sehingga keberhasilan pengelolaan BUMDes juga ditentukan oleh faktor sosial-budaya desa. Potret sosial�budaya ini sering diabaikan ketika berbicara soal dunia usaha. Ada anggarapan bahwa dunia usaha digerakkan oleh tangan tak tampak yang sering dikenal sebagai mekanisme pasar. Padahal masyarakat sebagai pelaku menjadi aktor penting dalam tumbuh-kembangnya usaha di desa.

Buku ini berupaya melihat BUMDes dalam konteks warga desa sebagai penentu dinamika usaha. Juga menggambarkan secara sederhana bagaimana interaksi warga dengan perubahan lingkungan ikut menentukan keberhasilan bisnis yang dikembangkan BUMDes. Di beberapa lokasi penelitian yang menjadi bahan tulisan ini memperlihatkan bahwa BUMDes tidak bisa lepas dari intensifikasi usaha-usaha berbasis pertanian serta dinamika populasi yang terus bergerak. Kiranya faktor-faktor ini yang bisa menjadi salah satu pertimbangan pengembangan usaha di desa sebagaimana yang dirintis oleh BUMDes.