Gula merupakan kebutuhan pokok masyarakat, sehingga ketersediaannya menjadi sangat penting dan perlu dijaga. Permasalahan industri gula saat ini adalah kurangnya persediaan gula untuk kebutuhan dalam negeri. Penurunan produk dan produktifitas gula disebabkan berbagai faktor seperti: budidaya tebu di bawah standar, penanaman di bawah masa optimal, mayoritas lahan tebu adalah lahan kering dengan produktivitas lebih rendah dari lahan sawah, proporsi tanaman keprasan lebih besar (lebih 60%), mutu bibit tidak optimal, sistem tebang angkut tidak optimal dan adanya gangguan hubungan antara lain pabrik gula dan petani. Permasalahan-permasalahan inilah yang menyebapkan produksi dan produktivitas gula dalam negeri tidak cukup, dampaknya pemerintah bisa saja mengeluarkan kebijakan yang justru semakin merugikan petani tebu.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sistem pengelolaan perkebunan yang diterapkan oleh Perusahaan Gula Madukismo dan mengetahui kesejahteraan masyarakat pemilik tanah setelah tanahnya diusahakan dengan perkebunan tebu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

PG Madukismo di Kabupaten Purworejo menerapkan dua sistem pengelolaan perkebunan tebu yaitu Sistem Tebu Rakyat Mandiri dan Sistem Tebu Rakyat Kemitraan. Tebu Rakyat Mandiri yaitu sistem pengelolaan yaitu perkenunan tebu yang dikelola oleh petani secara swadaya dengan bimbingan teknis dan pengolahan hasil oleh Pabrik Gula. Untuk sistem Tebu Rakyat Kemitraan pemilik tanah menyerahkan pengelolaan tanahnya kepada PG Madukismo dengan mendapatkan Jaminan Pendapatan Minimum sebagai sewa tanah. Kesejahteraan masyarakat yang mengusahakan tanahnya untuk perkebunan tebu mengalami peningkatan pendapatan. Dengan peningakatan pendapatan tersebut akan menyebabkan adanya peningkatan kesejahteraan bagi petani-petani tebu, karena selain menggunakan pendapatan dari perkebunan tebu mereka memanfaatkan kegiatan untuk kegiatan yang bersifat infestasi seperti membeli tanah, mobil, motor dan emas.