Waduk Gajah Mungkur yang terletak di Kabupaten Wonogiri dirasakan telah memberikan banyak manfaat, di sisi lain adanya
penguasaan dan penggunaan tanah di sekitar waduk, baik itu pada daerah sempadan maupun daerah pasang surutnya mengancam
kelestarian fungsi waduk. Dengan penelitian ini diharapkan bisa mengetahui kondisi serta dampak yang ditimbulkan akibat penguasaan dan penggunaan tanah di daerah pasang surut Waduk Gajah Mungkur oleh masyarakat sekitar.

Penelitian dilakukan dengan studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang menekankan pada segi pengamatan langsung pada
penguasaan dan penggunaan tanah di daerah pasang surut Waduk Gajah Mungkur di Kelurahan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro yang
mempunyai luas kurang lebih 397.865 m2 yang semuanya dikuasai dan digunakan oleh masyarakat sekitar. Observasi, wawancara dan studi dokumen dilakukan dalam penggalian data untuk mengungkap tujuan penelitian.

Penguasaan dan penggunaan tanah di daerah pasang surut waduk sudah terjadi sejak bendungan selesai dibangun. Penguasaan tersebut hanyalah sebatas penguasaan fisik, tanpa ijin maupun bukti penguasaan. Mulai tahun 2010 dibuat Perjanjian Sewa Menyewa Lahan Pasang Surut Waduk Wonogiri, antara Kepala Desa/Kelurahan yang mewakili masyarakat pengguna lahan dengan Perum Jasa Tirta I Divisi Jasa Asa V. Masyarakat penggarap mengaku mendapatkan penghasilan tambahan dari penggunaan lahan pasang surut tersebut. Dampak lain yang ditimbulkan adalah adanya erosi dan sampah yang terangkut ke wilayah perairan waduk sebagai bahan sedimentasi yang berakibat terjadinya pendangkalan waduk. Dengan adanya pendangkalan waduk mengakibatkan debit air waktu musim kemarau menjadi berkurang dan pasokan air untuk irigasi menjadi berkurang, sebaliknya pada musim penghujan tinggi muka air pada waduk cenderung meningkat yang mengharuskan semua pintu pelepasan dibuka sehingga dapat mengancam terjadinya banjir di bagian hilir waduk.