Dalam dasawarsa terakhir ini,kita menyaksikan suatu proses perubahan paradigma setelah melalui perdebatan panjang dalam pemikira gerakan feminisme, yakni antara pemikiran yang lebih memusatkan perhatia kapada masalah perempuan berhadapan dengan pemikiran feminisme yang labih menitikberatkan perhatian terhadap sistem dan struktur masyarakat yang dilandaskan kepada analisis �Hubungan Gender� Buku ini merupakan sumbangan yang berharga untuk memahami apa yang sebenarnya menjadi inti masalah pertikaian antar dua pemikiran tersebut dan bagaimana implikasi masing-masing pemikiran bagi nasib kaum perempuan, Khususnya di pedesaan Negara-negara selatan. Buku ini mencoba mendengarkan dan menyuarakan keyakinan kaum perempuan pedesaan di Negara-negara selatan. Hal ini patut digarisbawahi mengingat perdebatan pemikiran seperti itu umumnya bersifat akademik, antarativis pererempuan serta mengalienasi dan mengabaikan perempuan pedesaan. Aliran pertama yakni pemikiran feminis yang memusatkan perhatian kepada perampuan mengasumsikan bahwa munculnya permasahan kaum perempuan disebabkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya kaum perempuan sendiri, dan hal tersebut mengakibatkan ketidakmampuan kaum perempuan bersaing dengan laki-laki dalam pembangunan. Oleh karena itu harus dilakukan upaya guna menghilangkan diskriminasi yang menghalangi usaha mendidik kaum perempuan. Ada beberapa alasan dari analisis mengejar ketertinggalan kaum perempuan ini, meskipun semua bertumpu diatas paham modernisasi pertaman adalah pendekatan pengentasan kemiskinan dimana dasar pemikiran adalah perempuan menjadi miskin karena mereka tidak porduktif sehingga perlu diciptakan projek peningkatan pendapatan bagi kaum perempuan. Kedua adalah pendekatan efisiensi yakni pemikiran bahwa pembangunan mengalami kegagalan kerena perepuan tidak dilibatkan. Jadi pelibatan itu sendiri lebih demi efisien pembangunan, Analisis seperti ini lebih memusatkan perhatian kepada kaum perempuan dan kegiatannya semata-mata guna memenuhi kebutuhan praktis perempuan.