Dalam mitologi jawa yang dijiwai etos pewayangan Ramayana dan Mahabharata, kekacauan direpressentasikan oleh Kurawa dan ketertiban oleh Pandawa. Jika kurawa adalah analogi: dari kesombongan, angkara amurka, dan nafsu jahat; Pandawa adalah jelmaan kehidupan harmonis, tenteram, dan sepi dari angkara meski juga belajar dari kesalahan mereka..

Wayang tidak selalu identik dengan Jawa, dalam pengertian di dalamnya terdapat kandungan nilai-nilai universal. kehidupan diartikan sebagai proses pertempuran antara "yang baik" dan "yang buruk", antara "kekacauan" dan "tatanan".

Oleh karenanya, setiap individu akan mengalami benturan-benturan dalam kenyataan hidup yang mencerminkan proses "perang besar" itu.

Buku ini adalah usaha merekonstruksi budaya Wayang ( nilai-nilai sufistiknya ) agar bisa dijadikan acuan dalam kehidupan masyarakat yang semakin Materialistik dan hedonis.