Buku ini membahas tentang seluk-beluk pelaksanaan sebuah proyek pendaftaran tanah yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional (proyek adjudikasi), disebuah kampong kumuh (kampung rawa) di DKI Jakarta. Penulis dengan BERNAs menguraikan berbagai persoalan sosial terkait pelaksanaan dan efektifitas proyek tersebut untuk mencapai tujuan peningkatan keamanan penguasaan atas tanah (land tenure security) bagi warga miskin serta akibat lebih lanjut pada perbaikan kehidupan sosial-ekonomi mereka.

Menggunakan pendekatan sosio-legal yang menganalisis persoalan secara interdisipliner dalam penelitiannya, dimana pendekatan hukum dan ilmu sosial secara khusus antropologi sangat berperan. Penulis juga menemukan bahwa proyek adjudukasi, disengaja atau tidak, menyumbang pada beberapa segi perubahan sosial-ekonomi warga yang mengalaminya. Karena kondisi sosio-ekonomi warga di kampong rawa beraneka, maka perubahan persepsi dan antisipasi yang terjasi terkait dengan sertifikat hak atas tanah yang mereka peroleh pun menjadi beraneka pula.

Walaupun proyek adjudikasi telah berlangsung lama (1999-2000), namun menyisakan pengaruh pada berbagai situasi keterkaitan antara sertifikasi dengan sistem ekonomi formal. Ada warga miskin yang tersedot dalam transaksi kridit formal, namun ada pula yang bertahan dengan transaksi informal dengan segala resiko dan keuntungannya. Sebagian lagi, menanggapi dingin sertifik tersebut dengan hanya menyimpannya �dibawah bantal�. Kondisi �dibawah bantal� tersebut, sebetulnya menyiratkan adanya dilemma pada sikap warga yang situasi keuangannya tidak menentu, namun khawatir kehilangan tanahnya.