PARTAI KEKUASAAN DAN MILITERISME Paling tidak ada dua penyebab runtuhnya orde baru. Pertama adalah tuntutan mahasiswa dan kedua tuntutan para reformis. Gerakan reformasi dicanangkan mahasiswa dan para reformis di pertengahan 1998 yang lalu mencengangkan cukup bnyak pihak, khususnya terhadap besarnya peran kedua kelompok penggerak tersebut yang tak banyak diperkirakan oleh kalangan pengamat politik Indonesia�dalam dan luar negeri. Indonesia mengawali sejarah baru untuk menuju negara yang demokratis, perubahan ini mengubah persepsi keputusan politik kebanyakan rakyat Indonesia, terbukti dengan munculnya multi partai yang jumlahnya berlebihan. Persepsi polotik baru ini menimbulkan rasa frustasi dan dendam terhadap rezim Soeharto dalam bentuk ledakan-ledakan partisipasi disegala bidang. Mendirikan partai politik baru adalah manifestasi dari rasa kekecewaan itu. Buku ini mencoba membahas persoalan-persoalan mendasar yang segera muncul secara simultan, antara lain yang menyangkut persepsi masyarakat terhadap gejala multi partai dan bagaimana mereka memberikan respon terhadap perubahan-perubahan tersebut. Persoalan lain muncul, adalah yang menyangkut persoalan budaya koalisi partai yang telah hilang dari ingatan bangsa sejak demokrasi liberal dibekukan oleh mendiang presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Sungguh tidak mudah menumbuhkan kembali budaya kerja sama antara partai dan bibit-bibit koalisi yang beberapa tahun lalu diratakan dengan tanah dan di atasnya dibangun monoloyalitas kepada negara yang dipersonifikasikan oleh sosok Soeharto, dan beberapa decade negara nyaris identik dengan Soeharto.