dari Dom Helder Camara ini bisa dikatakan buah karya teoritis tentang kekerasan yang sangat berharga. Teori ini bisa disejajarkan dengan teori kekerasan structural (Structural Violence) dari Johan Galtung. Teori kekerasan Galtung lebih bersifat deduktif-analitik, sementara teori bersifat induktif-analitik, diangkat dari observasi dan pengalaman langsung di lapangan, sehingga lebih lugas dan mudah dipahami. Teori dapat dijelaskan dari bekerjanya tiga bentuk kekerasan bersifat personal, institusional, dan structural, yaitu ketidakadilan, kekerasan pemberontakan dan represi negara, yang ketiganya sama lain. Kemunculan kekerasan disusul dan menyebebkan kekerasan lainnya. Kekerasan merupakan multidimensi, tidak dapat dipisahkan yang satu dengan kekerasan yang lain. Dalam dunia yang masih diliputi kegelapan seperti sekrang, dimana masih banyak orang di berbagai sudut kota, kampong, dan desa-desa menderita kemiskinan, ketidakadilan, saling membenci, bermusuhan, bahkan saling berbunuhan, setiap upaya untuk menggali ajaran dari para pejuang perdamaian dan kemanusiaan sungguh merupakan salah satu yang sangat berharga. Di tengah situasi kehidupan kita yang dikepung situasi kehidupan kita yang dikepung oleh kekerasan dari berbagai arah ini, ajaran para pejuang perdamaian dan kemanusiaan itu seperti sebuah �kilatan cahaya�yang bisa menerangi jalan gelap dalam dunia yang serba tidak pasti sekarang ini