Sebuah pengakuan kultur yang lugu. Kalau Anda mengenal Linus Suryadi AG, selintas saja,Anda akan terhempas kepada sebuah kesan:�seorang yang lugu�. Itulah dia orangnya. Lugu tapi sungguh menyimpan sebuah energi yang tak teraba. Keluguan demikian itulah yang ditampilkannya dalam ini. Lugu yang energetik. Betapa tidak ? Pariyem Gadis Jawa yang berpredikat babu, yang begitu �Lilo� (rela,Red) dengan kebabuannya, begitu pasrah di dalam memandang hidup ini, namun didalam jiwanya menyimpan penuh segala �kebijaksanaan� hidup.

Iyem, sang babu, yang berasal dari Wonosari, sebuah jagat kecil di bilangan jagat Ngayogyakarta yang penuh wibawa itu. Mampu bercerita banyak soal hidup, soal masyarakat, soal Potret sebuah keluarga bangsawan tempatnya mengabdi yang penuh diwarnai oleh sebuah pola kultur, yakni kultur Jawa yang tenang namun mengalir demikian tak tertahankan. Iyem,juga bicara soal kehidupan keluarga yang diabdinya, � Kanjeng Raden Tumenggung Cokro Sentono � Nama ini jelas merupakan sebuah figure. � Linus Suryadi AG adalah . Linus adalah seorang penyair yang bernafas panjang. Jika boleh berpegangan pada aksioma bahasa sastrawan harus menulis dalam bahasa yang hidup dalam masyarakat, maka sebenarnya linus telah melakukan tugas dengan sebaik-baiknya.