Untuk menulis roman ini, berpegang pada buku sejarah, otobiografi, serta tuliasan-tulisan tokoh yang pernah hidup di masa zaman pergerakaan Indonesia, tentu saja tidak di lupakan membaca, tulisan-tulisan sejarawan yang mengulas pergerakan di Iandonesia, bahkan beberapa tokoh yang kini telah tiada, sesungguhnya menulis roman ini dengan tokoh yang seluruhnya buah khayalan. Namun demikian hendaknya para membaca maklum bahwa roman ini tetap tetap ditulis sebagai roman, bukan tulisan sejarah kecuali tokoh-tokoh yang menjadi tokoh pergerakan nasional. Inilah roman dalam arti yang sesungguhnya roman, Cerita kehidupan yang meluas, bercabang-cabang, di samping tokoh-tokoh utama yang di ceritakan latar belakang masing-masing, banyak pula tokoh sampingan dengan latar belakang pula yang menjelaskan Perjuangan Soekarno yang gigih dan ketabahannya sungguh mengharukan dilukiskan. Tetapi jangan lupa bukan hanya perjuangan Soekarno yang diceritakan, juga pengalaman kaum pergerakan yang di buang ke, Bovel Digoel, melalui surat-surat yang di kirimkan dari sana. Dan surat itu sama sekali tidak terasa sebagai suatu yang ditempelkan begitu saja, karena isinya merupakan gemblengan bagi yang mencari kepribadiannya. Di dalam roman ini tokoh soekarno adalah tokoh sejarah yang diriwayatkannya diungkapkan dari dekat, Demikian pula tokoh-tokoh ibu Inggit Garnasih, Sartono Hatta, Mr, Iskaq,Ali Sastroamidjojo, Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Sarjoningrat, Douwes Dekker dan lain-lain adalah nama-nama yang ada orangnya. Dalam penulisan roman ini pengarang telah mempergukan berbagai bahan,sura-surat kabar, majalah, buku sejarah, surat-surat dan wawacara untuk membuat ceritanya mempunyai Nilai otentik. Dengan mempergukan sekian banyak bahan sejarah dan bacaan ia telah berhasil membangun suatu cerita yang pada hemat saya kompositoris proporsional dalam bagian-bagiannya. Generasi muda kita,generasi penerus, perlu membaca buku ini, yang merupakan pelajaran sejarah pergerakan dalam bentuk roman.