Penelitian ini mengkaji pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Bandar Udara Siboru di Kampung Siboru, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, serta dampaknya terhadap kehidupan masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengadaan tanah secara umum berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, namun masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya. Kendala yang ditemukan meliputi belum selesainya proses sertifikasi tanah karena beberapa dokumen yang belum lengkap dan adanya komplain dari masyarakat terkait area seluas 2,419 hektar yang belum mendapatkan pembayaran ganti rugi. Penelitian ini juga menemukan bahwa pembangunan Bandar Udara Siboru telah membawa dampak bagi kehidupan masyarakat, meskipun belum merata di seluruh lapisan. Masyarakat Kampung Siboru yang menerima kompensasi atas tanah mereka, sebagian besar masih mengandalkan perkebunan pala sebagai sumber mata pencaharian utama. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan ekonomi yang signifikan belum terjadi. Di sisi lain, kelompok masyarakat tertentu, seperti supir taksi bandara, telah merasakan dampak positif. Mereka mendapatkan keuntungan dari tarif yang lebih tinggi untuk rute ke Bandara Siboru dibandingkan dengan rute ke Bandara Torea (bandara lama). Selain aspek ekonomi, masyarakat secara umum telah menikmati peningkatan kualitas infrastruktur. Ini termasuk perbaikan jalan dan fasilitas lain yang terkait dengan pembangunan bandara. Penelitian ini menyarankan agar pemerintah daerah mengambil langkah-langkah strategis dalam mendukung masyarakat yang terdampak pembangunan. Fokus utama dari langkah-langkah ini adalah menyelenggarakan program sosialisasi yang intensif dan menyeluruh, melaksanakan inisiatif pemberdayaan masyarakat yang terencana dan berkelanjutan, serta menyediakan pelatihan dan pendampingan dalam hal manajemen keuangan.