Kehidupan sehari-hari Masyarakat Adat Ciptagelar sangat terkait dengan kepercayaan, budaya, dan tradisi pertanian, sehingga mayoritas dari mereka bekerja sebagai petani. Namun, antara tahun 2001 hingga 2022, lahan pertanian mereka menurun drastis sebesar 92%, karena banyak lahan diubah menjadi permukiman dan homestay Alih fungsi lahan ini menandakan deagrarianisasi, di mana ekonomi dan mata pencaharian bergeser dari sektor agraris. Deagrarianisasi ini akan mengubah sistem tenurial tradisional Masyarakat Adat Ciptagelar yang berdampak kompleks pada kemandirian pangan mereka. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan eksistensi sistem tenurial tradisional Masyarakat Adat Ciptagelar di tengah ancaman deagrarianisası akibat alih fungsi lahan di wilayah mereka. Penelitian ini menggunakan metode etnografi untuk menganalisis aspek-aspek budaya secara menyeluruh dengan menggunakan penelitian lapangan yang mendalam dan perspektif emik (native point of view) untuk memahami konsep dan nilai lokal mengenai tanah/lahan pertanian dan perubahannya. Tulisan ini akan menggambarkan pola sistem tenurial tradisional Masyarakat Adat Ciptagelar, nilai- nilai budaya yang mendasarinya, pola penggunaan lahan dan riwayat perubahannya, ancaman deagrarianisası terhadap eksistensi sistem tenurial tradisional mereka, serta upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk menjaga sistem tenurial tradisional tersebut. Temuan penelitian menunjukkan bahwa di wilayah Masyarakat Adat Ciptagelar tidak terjadi deagrarianisasi secara langsung akibat alih fungsi lahan, tetapi ancaman deagrarianisasi tetap ada karena adanya perpindahan hak garapan antar warga yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan.