Percepatan Pendaftaran saat ini sedang digencarkan untuk mencapai target 2025 sebanyak 126 juta bidang tanah terpetakan seluruhnya. Dibutuhkan suatu strategi untuk menuntaskan target tersebut, yaitu dengan menerapkan konsep Fit- For-Purpose Cadastre yang mana konsep ini dinilai dapat membangun sistem administrasi yang tepat guna, terjangkau, dan membutuhkan waktu yang relatif singkat. Dengan prosedur yang mudah dalam pendaftaran tanah seperti pengukuran menggunakan metode fotogrametris dimana proses pengumpulan data fisik yang tidak lagi mendatangi lokasi tanah secara langsung maka dapat mempersingkat waktu proses pendaftaran tanah. Namun, pengukuran Fotogrametris di Desa Paketingan perlu dikaji lebih lanjut dikarenakan banyak masyarakat yang komplain terkait luas tanah setelah dilakukan pengukuran Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji keakurasian bidang tanah hasil pengukuran fotogrametris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif-komparatif dengan membandingkan data pengukuran fotogrametris dengan data hasil ukur di lapangan. Pengujian dilakukan terhadap 3 parameter yaitu luas, posisi, dan bentuk bidang tanah. Berdasarkan pengujian luas dengan toleransi 0.5VL terhadap 40 bidang sampel pada pengukuran pertama didapatkan sebanyak 55% memenuhi toleransi dan 45% tidak memenuhi toleransi. Sedangkan pengukuran kedua didapatkan bidang yang memenuhi toleransi sebesar 50% dan 50% tidak memenuhi toleransi. Berdasarkan posisi/koordinat yang diuji terhadap 100 titik berpedoman pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997, pada pengukuran pertama 78% hasil memenuhi toleransi dan 22% tidak memenuhi toleransi Sedangkan pada pengukuran kedua sebanyak 80% memenuhi toleransi dan 20% tidak memenuhi toleransi. Berdasarkan bentuk bidang yang dianalisis menggunakan Circularity Ratio (CR) menghasilkan semua bidang nilainya dibawah 1.