Pembangunan yang tidak berpihak kepada golongan miskin telah meminggirkan sejumlah besar ummat manusia dari proses dan hasil-hasil pembangunan. Keadaan ini dapat dilihat dari angka-angka dalam Human Development Report dari UNDP: 1,2 milyar ummat manusia pada tahun 1993 hidup dengan pendapatan rata-rata kurang dari $1 sehari dan pada tahun 1998 terdapat 2,8 milyar manusia hidup dengan pendapatan $2 sehari. Dalam bidang kesehatan, kemajuan teknologi telah mampu melakukan pembuahan buatan dan bayi tabung, serta cloning. Tetapi 968 juta ummat manusia hidup tanpa akses pada sumber air, 2,4 milyar manusia tak punya akses pada layanan sanitasi yang paling dasar sekalipun, 34 juta hidup mengidap HIV/AID, 11 juta balita mati setiap tahun karena berbagai sebab yang sesungguhnya dapat dicegah.

Semua ini berlangsung pada saat teknologi telah mampu menghasilkan jumlah barang yang berpuluh bahkan beratus kali jauh lebih banyak dengan berbagai variasi produk yang makin menakjubkan. Teknologi informasi telah mampu mendekatkan hubungan antara satu benua dengan benua lainnya sehingga manusia dapat saling berkomunikasi dari belahan bumi yang berlainan seperti bertatapan muka saja, sementara teknologi transportasi telah mampu mengantarkan manusia ke tempat yang tak terbayangkan jaraknya dalam waktu yang semakin singkat. Tetapi golongan miskin mati kelaparan di depan mata setiap hari.
Keadaan yang menyedihkan ini seyogianya mendorong kita untuk berpikir ulang tentang makna pembangunan. Apa sesungguhnya pembangunan itu? Bagaimana seharusnya kita memahami pembangunan? Upaya apa yang harus dilakukan agar pembangunan tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang telah mampu, tetapi juga terutama bermanfaat bagi mereka yang miskin atau belum mampu?
Buku kecil ini berbicara mengenai beberapa aspek dalam pembangunan dan ekonomi politik, dengan harapan dapat menjadi bacaan umum bagi mahasiswa dan anggota masyarakat yang tertarik pada persoalan-persoalan pembangunan.