Focal point yang ingin "dipelototi" dan "ditelanjangi" oleh (bacaan) filsafat hukum dalam buku ini adalah "kekuatan Semesta" yang telah
diratifikasi dan dikonfirmasi di dalam bacaan-bacaan kefilsafatan masa lampau sebagai (salah satu) rumusan paling sempurna dari hukum, yakni: "keadilan." Namun demikian, karya ini tidak hendak menyerahkan kehadirannya sebagai momentum dengan mana filsafat akan berpanjang-lebar dengan status atau pun postur keadilan sebagai struktur metafisis dari (pertimbangan dan keputusan) hukum.
Persisnya buku ini berintikan serangkaian diskusi serius untuk sebuah "filsafat tentang sistem penegakan hukum," bukannya filsafat tentang
hukum dalam pengertian inklusif. Semakin jelas bahwa mega proyek kefilsafatan ini ingin berjalan di sebuah jalur perlintasan yang lain, di
luar dari tema-tema konvensional yang sebelumnya pernah dirintis dan diusahakan pendahulu-pendahulu kita di dunia Barat.
Buku ini merupakan sebuah intervening line yang menghubungkan dua titik visioner, yang semakin lama semakin terang membentang secara imajinatif. Di titik yang satu, kita dapat melihat keadilan yang tegak penuh percaya diri sebagai salah satu kekuatan moral paling utama
sistem penegakan hukum, sementara di titik lainnya kita melihat telah terbentuknya rangkaian penilaian a priori sintesis kita sehubungan
pengkerangkaan terminologi keadilan dalam doktrin yang dianut ribuan tahun di dalam tradisi hukum. Doktrin dimaksud adalah Piso's Justice, yakni: "Fiat justitia ruat caelum" (Baca: Tegakkan keadilan sekali pun Langit [bersama seluruh ornamennya] runtuh [menimpa Bumi).