Ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah banyak terjadi di daerah pedesaan di Indonesia. Indeks Gini dapat digunakan untuk melihat tingkat kernerataan atau ketimpangan distribusi penguasaan dan pemilikan tanah yang terjadi di suatu wilayah. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian dari 1973 hingga 2003, ketimpangan struktur distribusi tanah di Indonesia terlihat Indeks Gini distribusi tanah, yaitu: 0,70 pada 1973; 0,64 pada tahun 1983; 0,67 pada 1993; 0,72 pads 2003; dan 0,68 pada 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi penguasaan dan pemilikan tanah pertanian dan tingkat ketimpangannya di Desa Nglegok dan faktor yang mempengaruhinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan metode kualitatif untuk analisis data, metode survei dan wawancara untuk pengumpulan data bidang tanah pertanian di dua dusun sampel yaitu Dusun Ngungkal dan Dusun Talok. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggambarkan distribusi penguasaan dan pemilikan tanah khususnya tanah pertanian di Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitian ini adalah Di Dusun Ngungkal, Desa Nglegok, rata-rata
luas pemilikan tanah pertanian per kepala keluarga petani adalah 855,16 m2, sedangkan luas pemilikan tanah pertanian per kepala keluarga petani di Dusun Talok lebih besar. yaitu sebesar 1.290 m2. Ketimpangan pemilikan dan penguasaan tanah di Dustin Ngungkal dan di Dustin Talok tergolong tinggi yaitu sebesar 0,72 di Dustin Ngungkal dan 0,52 di Dustin Talok. Kecilnya rata-rata luas tanah pertanian yang dikuasai kepala keluarga yang bekerja di sektor pertanian' akibat adanya fragmentasi tanah melalui perbuatan hokum berupa jual beli dan hibah, serta peristiwa hukum berupa pewarisan.

Kata kunci: Distribusi, Tanah Pertanian, Ketimpangan, Indeks Gini, Fragmentasi