Pesatnya kemajuan pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi memberi dampak terhadap sektor pertanian yakni menyempitnya tanah pertanian termasuk adanya peristiwa hukum maupun perbuatan hukum berupa pewarisan, hibah dan jual beli yang memecahkan tanah menjadi luasan lebih kecil. Sementara ketergantungan petani pada tanah dari usaha tani sebagai pekerjaan pokok masih sangat besar. Oleh karena itu diperlukan usaha nyata dalam penataan penguasaan dan penggunaan tanah sehingga dapat mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Tanah sawah Daerah Irigasi Mbay yang mendapat julukan "lumbung padi" Kabupaten Ngada juga tidak akan terhindar dari tekanan penduduk dan pertumbuhan pembangunan. Untuk itu penulis tertarik meneliti sebagai skripsi dengan judul "Penguasaan Tanah Sawah Daerah Irigasi Mbay Dalam Kaitannya Dengan Pendapatan Petani Di Kecamatan Aesesa Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara
Timur". Status penguasaan atanah sawah Daerah Irigasi Mbay adalah hak milik peroranagan dengan bukti hak berupa sertipikat maupun bukti penguasaan lainnya. Areal persawahan dengan luas 2.339,8 Ha dikuasai oleh 3.321petani, sehingga ratarata
luas penguasaan dibawah batas minimum pemilikan tanah pertanian