Tujuan landreform yang diselenggarakan di Indonesia adalah untuk mernpertinggi penghasilan dan taraf hidup para petani terutama petani kecil dan petani penggarap tanah. I,angkah sangat penting yang dilakukan pemerintah dalam usahaitya untuk melaksanakan Landreform yang bersumber pada UUPA tersebut ialah dengan ditetapkannya Undang-Undang Nornor 56/Prp/1960 tentang penetapan luas tanah pertanian. Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di Kecainatan Delanggu balk oleh pemerintah, swasta maupun perorangan mengakibatkan tanah pertanian menladi sempit, disamping itu juga disebabkan karena adanya pemeeahan tanah pertanian (fragmentasi) melalui jual bell, hibah dan warisan yang akan menjadikan pemilikan tanah pertanian yang sempit atau kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pewarisan, jual bell dan hibah mempengaruhi fragmentasi dan untuk rnengetahui pendapatan dari luas tanah setelah fragmentasi dalam memenuhi kebutuhan fisik minimum.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode survai yang didukung oleh studi dokumen kuesioner dan wawancara sebagai alai pengumpul data. Jenis data yang diainbil adalah data primer dan sekunder dengan pengambilan sampel wilayah secara sensus.
Berdasarkan hasil analisis tabulasi frekuensi yang disajikan dalam bentuk tabd prosentase diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Pewarisan sebagai penyebab utarna terjadinya fragmentasi tanah pertanian sawah, jual bell sebagai penyebab kedua disusul oleh faktor hihah. Luas rata-rata tanah pertanian sawah setelah fragmentasi kurang dan i dua hektar (dibawah batas minimum). Pendapatan dan i Was tanah setelah fragmentasi dengan lugs 0,25 hektar keatas masih rnampu me?nenuhi kebutuhan fisik minimum apabila jumlah keluarga inaksimum 4 orang,