Membaca antologi Catatan Sunyi karya Monika N. Arundhati, waktu sekonyong-konyong terhenti. Anto(ogi ini menjadi berarti karena momentum kehadirannya di tengah (tirukpikuk banjir informasi, gemurub kedonisme, dan gelombang I~apitalume yang mengubah watak manusia modern menjadi mesin yang mengejar kepentingan duniawi secepat dan sebanyak mungkin. B'uisi puisi Monika muncu(sebagai sebuah oase dan antitesa. Dia seperti memutar (mbaC arahjarum jam menuju sebuahfase keiidupan yang demibjan tenang dan damaz Dalam ketenangan, is menjafarkan semed; mengajakk to mengatupkan tangan, menutup mata, fan meChiiat dunia dengan mata basin, seperti di da&am dunia dongeng atau mimpi/man itu&ah hidup yang dikehendak 9Konika seperti tertuang da(am puisinya, "2&fup" " susun mimpi demi mimpi. Xautab dasarsekabgus puncaknya. Sega(a yang fain adalah tiada.':
� 2'oseph'YapiTaum, dosenSastra I ndonesia,?IniversitasSanata Dharma
Bo(eh jadi, kesunyian itu menyiksa. 7etapi Bari rahimnya yang (era mat, tertahir itham yang menje(ma menjatfi bait-bait.1fonika NArundhati, dengan caranya sendiri yang apik sudah menim6a keelokan dari sumur keheningan dan menawarkannya dari pintu ke pintu fztati seraya mengundang fg oasis eksotis itu.empulan puisi Catatan Sunyi ini ada(ah 'narasi fiiening-segar' yang patut d?6aca oleh siapa, pun, ter(e6ih yang ingin mengena(dan mengakra6i kesunyian.