Waktu kuliah, Sugiat jarang membaca buku. Tak pernah mau menghadiri acara-acara diskusi.
Penampilannya klewas-klewes, seperti anak yang tak niat kuliah. Tetapi, setelah lulus is segera diterima kerja di perusahaan besar, dan is bisa sukses bak meteor. Sementara Kardi, kawan Sugiat, yang menyandang predikat lulus suma-cumlaude, mengalami nasib apes karena ditolak di mana-mana ketika mengajukan lamaran kerja.
Mungkin karena nasib Sugiat memang lebih baik dari suratan takdir Kardi. Tapi Kardi tak percaya begitu saja pada teori tentang "nasib" itu. la menduga pasti ada alasan yang lebih rasional.
Dalam suatu kesempatan, Kardi mencoba tanya pada sahabatnya itu, bagaimana caranya mencapai sukses dalam pekerjaan. Mulanya Sugiat tertawa terbahak-bahak, seolah sedang mengejek sejarahnya sendiri. Tetapi, akhirnya Sugiat mengambil sebuah buku harian yang disimpan di brankas.
Buku harian Sugiat itu diberi judul: Kiat Sukses Men/ti Karirdengan Carmuk.
Berkat catatan harian tersebut, akhirnya Kardi, setelah diterima kerja di perusahaan tempat Sugiat bekerja, juga berhasil meniti karir. Bahkan dalam waktu lima tahun, posisinya bisa sejajar dengan Sugiat. Jika Sugiat menjadi kepala devisi pemasaran, Kardi melejit sebagai kepala devisi Personalia dan Keuangan. Sebagai tanda terimakasih kepada Sugiat, dan ingin berbagi pengalaman, akhirnya catatan harian tersebut diterbitkan dalam sebuah buku. Konon buku tersebut meledak di pasaran alias best seller. Para dosen di kampus almamaternya menjadikan buku tersebut sebagai buku wajib yang harus dibaca oleh setiap mahasiswa.